Begini Cara Kami Menanam Jagung Di Dataran Tinggi
Selain padi, Jagung merupakan salah satu komoditas tumbuhan utama bagi penduduk di lingkungan saya, Kec. Plampang, Kab. Sumbawa. Budidaya jagung ini mulai dikembangkan sekitar semenjak 7 tahun yang lalu. Semula masyarakat hanya menanam jagung di lingkungan pekarangan rumah atau di kebun yang tidak begitu luas. Seiring dengan harga jagung yang tidak mengecewakan tinggi, hasilnya masyarakat mulai membuka lahan gres untuk membudidayakan jagung ini.
Lahan kosong yang semula hanya berisi semak belukar sekarang sudah menjadi ladang siap tanam mulai dari lahan datar, miring, bahkan hingga puncak bukit yang tinggi. Penduduk orisinil setempat juga menyewakan tanahnya kepada penduduk pendatang yang ingin menanam jagung.
Adapun kondisi tanah yang gres dibuka rata-rata memang subur. Meskipun diantaranya yang berada di tempat perbukitan masih banyak terdapat kerikil dan puntuk.
Secara teoritis rata-rata petani masih belum mengenal tingkat kesuburan tanah berdasarkan Ph tanah atau ukuran yang lainnya sebab keterbatasan alat dan pengetahuan. Yang penting tanah yang digarap tidak lembab atau menyimpan banyak air pada ketika turun hujan dan tidak begitu keras yaitu tanah yang manis untuk pertumbuhan jagung berdasarkan mereka.
Persiapan Lahan
Pada umumnya lahan yang akan ditanami awalnya dibersihkan dulu dari rumput liar dan semak belukar. Setelah turun hujan dan tumbuh rumput barulah disemprot dengan herbisida. Penyemprotan dilakukan 2 kali sebelum tanam untuk mencegah tumbuhnya gulma. Makara disini hanya menggunakan sistem TOT (tanpa olah tanah) sebab kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengolahan.
Masing-masing petani biasanya menggarap lahan minimal 2 hektar, bahkan ada yang hingga 20 hektar tiap orangnya. Mengingat luasnya garapan tersebut, untuk menghemat biaya lebih sempurna dengan menggunakan sistem TOT. Selain itu kondisi lahan sebagian petani yang berada di dataran tinggi, perbukitan dan lahan miring dimana diantaranya masih banyak terdapat kerikil dan puntuk, juga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengolahan tanah.
Bibit
Bibit yang biasa digunakan yaitu bibit bibit unggul berkualitas. Setiap tahun para agen selalu tiba ke tempat kami untuk mempromosikan bibit mereka. Bibit yang biasa digunakan yaitu DK979/999/77, Pacific 339/105/224, Bisi 222, NK, dan lain lain.
Dengan perkiraan perhitungan 1 dos (20 kg) per hektarnya.
Jarak Tanam
Menurut banyak sekali acuan yang saya baca, hukum baku jarak tanam jagung yang berada di dataran rendah/lapang dan dilakukan pengolahan tanah yaitu 20 cm x 70 cm untuk satu biji per lubang. Namun petani disini tidak berpatokan pada jarak tanam tersebut, masing-masing sangat bervariasi tergantung dari pengalaman dan pengetahuan petani itu sendiri.
Sebagian ada yang menggunakan jarak tanam 20 cm x 70 cm untuk dua biji per lubang, 20cm x 60cm untuk satu biji per lubang, dan 20cm x 80cm untuk dua biji per lubang. Semuanya dikondisikan dengan lahan dan harapan petani itu sendiri. Apalagi yang berada di dataran tinggi dan lahan miring, jarak tanam juga kadang tidak beraturan.
Pemupukan
Untuk pemupukan pertama, hukum standart yang biasa digunakan untuk jagung yaitu diberikan bersamaan pada ketika jagung ditanam dengan cara ditugal.
Sangat berbeda dengan petani disini yang melaksanakan pemupukan pertama pada ketika jagung sudah tumbuh, sekitar 15-20hst. Dan pemupukan kedua dilakukan 40-50 hst. Cara pemupukan pun hanya disebar di bersahabat batang jagung.
Banyaknya pupuk yang digunakan bervariasi tergantung dari kemampuan petani itu sendiri. Rata-rata sekitar 250-500 kg per hektarnya. Jenis pupuk yang biasa digunakan yaitu Urea, Phonska, dan Za.
Alasan kenapa pupuk tidak diberikan di awal pada ketika jagung ditanam yaitu untuk menghemat biaya dan tenaga.
Penyiangan
Penyiangan jagung untuk membasmi gulma biasanya hanya dengan dilakukan penyemprotan herbisida tanpa dilakukan pembumbunan (dangir). Mengingat luasnya lahan masing-masing petani tentu akan membutuhkan tenaga dan biaya yang banyak kalau menggunakan cara pembumbunan.
Hama
Hama utama jagung perbukitan yaitu babi hutan. Karena letak lahan rata-rata masih bersahabat dengan hutan semak belukar tempat babi berkembang biak. Disini petani memiliki cara masing-masing untuk menghalau mulai dari menggunakan Gen set, pasang jaring, pagar, petasan, wewangian, dan berkeliling lahan setiap malam.
Sedangkan untuk penyakit bekerjsama tidak begitu banyak menyerupai di tempat lain yang sering terjangkit bulai. Penyakit yang umum disini yaitu potong leher dan ulat yang bisa dicegah dengan penyemprotan insektisida pada ketika jagung masih muda.
Pengairan
Lahan disini yaitu tadah hujan, jadi sumber pengairan hanya tergantung dari curah hujan yang ada. Intensitas curah hujan sangat besar lengan berkuasa pada hasil panen petani. Terlalu tinggi curah hujan mensugesti pertumbuhan jagung pada tempat dataran rendah yang tanahnya menampung air. Dan terlalu rendah curah hujan juga akan mengganggu pertumbuhan jagung di dataran tinggi yang mengakibatkan jagung layu.
Makara curah hujan yang baik yaitu intensitas sedang atau sering terjadi hujan yang tidak terlalu deras.
Panen
Panen dilakukan sesudah jagung kering dengan Ka sekitar 16-20%. Membutuhkan waktu sekitar 5-6 bulan. Meskipun cara yang digunakan oleh petani disini boleh dibilang tidak memenuhi standart hukum baku penanaman jagung pada umumnya yang dilakukan menyerupai di tempat lain, tapi hasil yang dicapai pun lumayan.
Hasil rata-rata petani disini sekitar 7-10 ton per hektar tergantung kondisi lahan, curah hujan, dan banyaknya pupuk yang dipakai.
Itulah cara yang kami pakai untuk menanam jagung di dataran tinggi (perbukitan) dan dataran rendah yang jauh dari pengairan. Cara yang digunakan masing-masing petani yaitu bervariatif. Apa yang saya tulis disini hanyalah citra secara garis besarnya saja. Namun satu hal yang saya salut dari petani disini yaitu mereka terus berguru dan berguru tiap tahunnya. Jika tahun kemarin mendapat hasil yang kurang, maka akan ada penemuan gres untuk dikembangkan pada tahun berikutnya.
Bimbingan dari pihak pertanian setempat bekerjsama masih kami butuhkan. Agar komoditas jagung di tempat kami Plampang-Sumbawa khususnya bisa benar-benar maksimal.
Mohon maaf kalau ada kekeliruan dalam penulisan ini baik secara teoritis maupun aplikasinya, saya hanya menulis berdasarkan pengalaman saya langsung yang juga salah satu petani jagung yang masih butuh bimbingan dalam menanam jagung.
Lahan kosong yang semula hanya berisi semak belukar sekarang sudah menjadi ladang siap tanam mulai dari lahan datar, miring, bahkan hingga puncak bukit yang tinggi. Penduduk orisinil setempat juga menyewakan tanahnya kepada penduduk pendatang yang ingin menanam jagung.
Adapun kondisi tanah yang gres dibuka rata-rata memang subur. Meskipun diantaranya yang berada di tempat perbukitan masih banyak terdapat kerikil dan puntuk.
Secara teoritis rata-rata petani masih belum mengenal tingkat kesuburan tanah berdasarkan Ph tanah atau ukuran yang lainnya sebab keterbatasan alat dan pengetahuan. Yang penting tanah yang digarap tidak lembab atau menyimpan banyak air pada ketika turun hujan dan tidak begitu keras yaitu tanah yang manis untuk pertumbuhan jagung berdasarkan mereka.
Persiapan Lahan
Pada umumnya lahan yang akan ditanami awalnya dibersihkan dulu dari rumput liar dan semak belukar. Setelah turun hujan dan tumbuh rumput barulah disemprot dengan herbisida. Penyemprotan dilakukan 2 kali sebelum tanam untuk mencegah tumbuhnya gulma. Makara disini hanya menggunakan sistem TOT (tanpa olah tanah) sebab kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengolahan.
Masing-masing petani biasanya menggarap lahan minimal 2 hektar, bahkan ada yang hingga 20 hektar tiap orangnya. Mengingat luasnya garapan tersebut, untuk menghemat biaya lebih sempurna dengan menggunakan sistem TOT. Selain itu kondisi lahan sebagian petani yang berada di dataran tinggi, perbukitan dan lahan miring dimana diantaranya masih banyak terdapat kerikil dan puntuk, juga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengolahan tanah.
Bibit
Bibit yang biasa digunakan yaitu bibit bibit unggul berkualitas. Setiap tahun para agen selalu tiba ke tempat kami untuk mempromosikan bibit mereka. Bibit yang biasa digunakan yaitu DK979/999/77, Pacific 339/105/224, Bisi 222, NK, dan lain lain.
Dengan perkiraan perhitungan 1 dos (20 kg) per hektarnya.
Jarak Tanam
Menurut banyak sekali acuan yang saya baca, hukum baku jarak tanam jagung yang berada di dataran rendah/lapang dan dilakukan pengolahan tanah yaitu 20 cm x 70 cm untuk satu biji per lubang. Namun petani disini tidak berpatokan pada jarak tanam tersebut, masing-masing sangat bervariasi tergantung dari pengalaman dan pengetahuan petani itu sendiri.
Sebagian ada yang menggunakan jarak tanam 20 cm x 70 cm untuk dua biji per lubang, 20cm x 60cm untuk satu biji per lubang, dan 20cm x 80cm untuk dua biji per lubang. Semuanya dikondisikan dengan lahan dan harapan petani itu sendiri. Apalagi yang berada di dataran tinggi dan lahan miring, jarak tanam juga kadang tidak beraturan.
Pemupukan
Untuk pemupukan pertama, hukum standart yang biasa digunakan untuk jagung yaitu diberikan bersamaan pada ketika jagung ditanam dengan cara ditugal.
Sangat berbeda dengan petani disini yang melaksanakan pemupukan pertama pada ketika jagung sudah tumbuh, sekitar 15-20hst. Dan pemupukan kedua dilakukan 40-50 hst. Cara pemupukan pun hanya disebar di bersahabat batang jagung.
Banyaknya pupuk yang digunakan bervariasi tergantung dari kemampuan petani itu sendiri. Rata-rata sekitar 250-500 kg per hektarnya. Jenis pupuk yang biasa digunakan yaitu Urea, Phonska, dan Za.
Alasan kenapa pupuk tidak diberikan di awal pada ketika jagung ditanam yaitu untuk menghemat biaya dan tenaga.
Penyiangan
Penyiangan jagung untuk membasmi gulma biasanya hanya dengan dilakukan penyemprotan herbisida tanpa dilakukan pembumbunan (dangir). Mengingat luasnya lahan masing-masing petani tentu akan membutuhkan tenaga dan biaya yang banyak kalau menggunakan cara pembumbunan.
Hama
Hama utama jagung perbukitan yaitu babi hutan. Karena letak lahan rata-rata masih bersahabat dengan hutan semak belukar tempat babi berkembang biak. Disini petani memiliki cara masing-masing untuk menghalau mulai dari menggunakan Gen set, pasang jaring, pagar, petasan, wewangian, dan berkeliling lahan setiap malam.
Sedangkan untuk penyakit bekerjsama tidak begitu banyak menyerupai di tempat lain yang sering terjangkit bulai. Penyakit yang umum disini yaitu potong leher dan ulat yang bisa dicegah dengan penyemprotan insektisida pada ketika jagung masih muda.
Pengairan
Lahan disini yaitu tadah hujan, jadi sumber pengairan hanya tergantung dari curah hujan yang ada. Intensitas curah hujan sangat besar lengan berkuasa pada hasil panen petani. Terlalu tinggi curah hujan mensugesti pertumbuhan jagung pada tempat dataran rendah yang tanahnya menampung air. Dan terlalu rendah curah hujan juga akan mengganggu pertumbuhan jagung di dataran tinggi yang mengakibatkan jagung layu.
Makara curah hujan yang baik yaitu intensitas sedang atau sering terjadi hujan yang tidak terlalu deras.
Panen
Panen dilakukan sesudah jagung kering dengan Ka sekitar 16-20%. Membutuhkan waktu sekitar 5-6 bulan. Meskipun cara yang digunakan oleh petani disini boleh dibilang tidak memenuhi standart hukum baku penanaman jagung pada umumnya yang dilakukan menyerupai di tempat lain, tapi hasil yang dicapai pun lumayan.
Hasil rata-rata petani disini sekitar 7-10 ton per hektar tergantung kondisi lahan, curah hujan, dan banyaknya pupuk yang dipakai.
Itulah cara yang kami pakai untuk menanam jagung di dataran tinggi (perbukitan) dan dataran rendah yang jauh dari pengairan. Cara yang digunakan masing-masing petani yaitu bervariatif. Apa yang saya tulis disini hanyalah citra secara garis besarnya saja. Namun satu hal yang saya salut dari petani disini yaitu mereka terus berguru dan berguru tiap tahunnya. Jika tahun kemarin mendapat hasil yang kurang, maka akan ada penemuan gres untuk dikembangkan pada tahun berikutnya.
Bimbingan dari pihak pertanian setempat bekerjsama masih kami butuhkan. Agar komoditas jagung di tempat kami Plampang-Sumbawa khususnya bisa benar-benar maksimal.
Mohon maaf kalau ada kekeliruan dalam penulisan ini baik secara teoritis maupun aplikasinya, saya hanya menulis berdasarkan pengalaman saya langsung yang juga salah satu petani jagung yang masih butuh bimbingan dalam menanam jagung.
Post a Comment for "Begini Cara Kami Menanam Jagung Di Dataran Tinggi"