Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Kentang

Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya kentang ialah pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang dilakukan secara cepat dan tepat. Oleh lantaran itu, petani hendaknya mengetahui beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang pada tumbuhan kentang, sehingga ketika terjadi serangan sanggup melaksanakan tindakan baik pencegahan maupun pengobatan. Serangan hama penyakit pada tumbuhan kentang ini sanggup merugikan petani jikalau tidak ditangani dengan tepat.

Baca Juga :
Cara Budidaya Kentang Hasil Melimpah
11 Manfaat Kentang Untuk Kesehatan Yang Luar Biasa

Berikut ini kami akan menjelaskan beberapa jenis OPT yang sering menyerang tanaman kentang.

HAMA TANAMAN KENTANG

1. Penggerek Umbi/Daun (Phtorimaea operculella)

Nama terkenal hama ini ialah ulat pengerek daun atau umbi, taromi, atau potato tuber moth (PTM). Hama ini tersebar luas di kawasan yang beriklim hangat dan kering.

Gejala serangan

  • Merusak atau memakan daun kentang di lapangan dan merusak umbi kentang di dalam gudang.
  • Daun yang terjangkit kelihatan berwarna merah bau tanah dan tampak ada jalinan menyerupai benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu
  • Kadangkala daun kentang menggulung, disebabkan lantaran larva merusak permukaan daun sebelah atas kemudian bersembunyi di dalam gulungan daun tersebut.
  • Larva juga menciptakan gerekan pada tulang dan tangkai daun. Hal ini mengakibatkan matinya titik tumbuh serta lemah dan rapuhnya batang.
  • Serangan pada umbi sanggup dilihat dengan adanya kotoran berwarna coklat bau tanah pada kulit umbi. Bila umbi kentang dibelah maka akan terlihat lubang-lubang atau alaur-alur yang dibentuk oleh ulat sewaktu memakan umbi.

Pengendalian

a. Secara Kultur Teknis

  • Penanaman kentang dilakukan pada ekspresi dominan hujan.
  • Pengairan yang sesuai untuk mencegah keretakan tanah yang memungkinkan masuknya ulat ke dalam umbi.
  • Pertinggi guludan, biar umbi tidak muncul ke permukaan tanah.

b. Secara Mekanis

  • Memotong daun-daun yang terserang, kemudian dikumpulkan
  • dan dimusnahkan.
  • Melakukan sanitasi kebun dengan memberantas gulma.

c. Secara Biologi

Memanfaatkan agens hayati menyerupai Bacillus thuringiensis atau Baculovirus yang terdapat dalam biopestisida, sanggup dipakai untuk umbi-umbi kentang yang disimpan digudang.

d. Secara Kimiawi

Penyemprotan dengan memakai pestisida yang sudah diijinkan, yang paling spesifi k terhadap penggerek daun/ umbi.

2. Lalat Penggorok Daun

Serangga cukup umur berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm, merusak tumbuhan dengan bacokan ovipositor (alat peletak telur) dikala meletakkan telur dengan menusuk dan mengisap cairan daun mengakibatkan tanda-tanda bintik-bintik putih. Serangan terjadi semenjak fase pra pembentukan umbi (21-35 hst) dan berlanjut hingga fase bau tanah (61 hst hingga menjelang panen). Pada serangan parah daun tampak berwarna merah kecoklatan, jadinya seluruh pertanaman hancur.

Gejala Serangan

  • Bintik-bintik putih pada daun
  • Liang korokan menciptakan daun menjadi kering dan berwarna coklat
  • Serangan terjadi pada fase pra pembentukan umbi (umur 21-35 hst) dan berlanjut hingga fase bau tanah (umur 61 hst - menjelang panen)

Pengendalian 

a. Cara Kultur Teknis

  • Menggunakan bibit sehat
  • Menanam tumbuhan perangkap di sekitar tumbuhan kentang, ditanam 2 ahad sebelum tanam kentang ditanam (kacang merah, kenikir)


b. Cara Mekanis

  • Memotong daun-daun yang terserang, kemudian dikumpulkan
  • dan dimusnahkan.
  • Pengairan yang cukup.
  • Menggunakan perangkap kuning berpekat (40 buah/ha).
  • Bentangkan kain kuning (lebar 0,9 m x panjang 7 m, untuk setiap lima bedengan memanjang) berpekat di atas tajuk tumbuhan kentang. Goyangan pada tumbuhan menciptakan lalat cukup umur berterbangan dan terperangkpa pada kain kuning.

c. Cara Biologi

Menggunakan musuh alami menyerupai beberapa benalu tasbuhan seperti: Acecodes sp, Hemipta rsenus varicornis, Granotoma sp, dan Opius sp.

d. Cara Kimiawi

Menggunakan insektisida yang diketahui efektif yaitu Cyromizane, Apamectin, Klourfl uazuoron, Dimethboat, Bensultap, dan Profenofos, atau memakai insektisidah Neem Azal T/S Azadirachtin 1% atau insektisida kimia seperti
Trigard 75 WP, Agrimec 18 EC.

3. Penghisap Daun

Serangga penghisap daun merupakan hama yang sangat kecil (panjang 1-2 mm), menghisap cairan sel pada permukaan bawah daun. Populasi serangga ini meningkat pada ekspresi dominan kemarau, serangan yang parah sanggup menjadikan tumbuhan menjadi layu, kering kemudian mati.

Gejala

  • Serangga sanggup menyerang tumbuhan pada stadia nimfa dan cukup umur merusak tumbuhan dengan cara menghisap isi cairan daun.
  • Daun yang diserang berwarna keperak-perakan atau kekuningkuningan
  • seperti perunggu pada permukaan bawah daun, lantaran cairan sel daun dihisap sehingga daun menyerupai berkerut.
  • Pada serangan berat, kepingan bawah helaian daun berwarna merah tembaa mengkilat dan pucuk tumbuhan mengering dan kemudian mati.

Pengendalian

a. Cara Kultur Teknis

  • Melakukan pencucian semua jenis gulma sebelum penanaman dilakukan.
  • Menggunakan bibit kentang sehat dan diupayakan tumbuhan tumbuh subur dengan pengairan yang cukup, pemupukan berimbang, penyiangan, dan pembumbunan.
  • Penggunaan perangkap perekat warna biru atau putih sebanyak 40 buah per hektar.

b. Cara Mekanis

  • Memotong daun-daun yang terserang, kemudian dikumpulkan dan dimusnahkan.
  • Menggunakan mulsa plastik berwarna perak yang dipasang sebelum bibit kentang ditanam

c. Cara Kimiawi

  • Ambang pengendalian serangga ini ialah 100 nimfa/ 10
  • tanaman.
  • Apabila ambang pengendalian telah dicapai maka insektisida selektif sanggup dipakai menyerupai Bacillus thuringiensis dan IGR (klorfl uazuron dan tefl ubenzuron)

4. Kutu Daun

Serangga ini berukuran kecil antara 0,6 – 3 mm, dan hidup berkelompok. Tubuh serangga ini berwarna hijau atau hijau pucat, adakala jingga atau kuning. Panjang antena sama dengan panjang badannya. Serangga cukup umur ada yang bersayap dan tidak bersayap, serangga bersayap bertanda bercak coklat kehitaman pada punggungnya. Kutu daun tinggal pada kepingan bawah daun, batang bunga, bakal bunga dan dalam lipatan daun yang keriting. Kerusakan terjadi lantaran nimfa dan imago mengisap cairan daun.

Gejala

  • Pada daun yang terjangkit tampak bercak-bercak, sedangkan kepingan tumbuhan yang terjangkit didapati segerombolan kutu.
  • Serangan berat pada daun mengakibatkan daun berkeriput, berkerut-kerut, tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan, daun terpuntir dan menggulung kemudian mati.


Pengendalian

a. Cara Kultur Teknis

  • Melakukan sanitasi dengan membersihkan gulma dan aben kepingan tumbuhan yang terserang.
  • Menanam tumbuhan perangkap di sekeliling pertanaman kantang dengan menanam tumbuhan yang lebih tinggi dari tumbuhan kentang, terutama yang berwarna kuning.
  • Menanam bawang daun secara tumpang sari satu ahad sebelum dilakukan penanaman kentang yang berfungsi sebagai penangkal serangan serangga.

b. Cara Mekanis

  • Memotong daun-daun yang terserang, kemudian dikumpulkan dan dimusnahkan.
  • Menggunakan bejana berwarna kuning berisi air sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 semenjak tumbuhan berumur 2 minggu.

c. Cara Biologi

Memanfaatkan agens hayati menyerupai Aphidius sp dan predator kumbang macam (Coccinelidae repanda) atau patogen Enthomopthora sp.

d. Cara Kimiawi

Aplikasi insektisida dianjurkan apabila populasi kutu daun telah berada di atas ambang pengendalian yaitu 7 ekor per tumbuhan dengan memperhatikan kelimpahan musuh-musuh alami. Dapat disemprot memakai insektisida Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Agrimec 10 EC, dan lain-lain.

PENYAKIT TANAMAN KENTANG

1. Layu Bakteri

Bakteri penyebab penyakit ini berkembang dengan cepat pada suhu tinggi.

Gejala

  • Gejala serangan muncul semenjak umur tumbuhan leih dari satu bulan.
  • Layu diawali dari pucuk daun kemudian layu menyeluruh pada tumbuhan kentang yang terserang.
  • Berkas pembuluh pada pangkal batang berwarna coklat, dan bila ditekan keluar lendir yang berwarna abu-abu keruh.
  • Penyakit hingga ke umbi dengan tanda-tanda bercak yang berwarna coklat hingga hitam pada kepingan ujung umbi.
  • Kelayuan bersifat permanen, diikuti dengan selesai hidup tanaman.


Pengendalian

a. Cara Kultur Teknis

  • Gunakan benih sebar bersertifi kat dan berlabel.
  • Lakukan rotasi tanam dengan tumbuhan yang bukan inang patogen selama minimal 3 musim.
  • Pilih lahan dengan drainase yang baik.
  • Lakukan sanitasi kebun dengan memberantas gulma dan pengganggu lainnya.
  • Hindari pelukaan lantaran mekanis maupun nematoda pada akar dan umbi.

b. Cara Mekanis

Cabut tumbuhan terjangkit hingga ke akar-akarnya beserta tanah disekitar perakaran, dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian dimusnahkan.

c. Cara Biologi

Menggunakan agens hayati menyerupai kuman Pseudomonas fl uorescens dengan takaran aplikasi 10ml/liter air pada dikala awal tanam, dan 100 ml/liter air pada dikala tumbuhan berumur 15 hari dengan cara disemprotkan ke seluruh permukaan bedengan secara merata.

d. Cara Kimiawi

Aplikasi dengan bakterisida untuk mengendalikan penyakit layu kuman dengan materi aktif asam oksolinik 20% dengan takaran sesuai anjuran.

2. Busuk Daun

Penyakit amis daun disebut juga penyakit lodoh, hawar daun, lompong hideung atau late blight. Penyebabnya ialah Phythophthora infestans yang menimbulkan bercak luka pada daun. Jamur putih di atas luka ialah konidiofor yang sporanya akan menyebar dibawa angin. Spora akan bertunas bila udara lembab dan berembun. Pada suhu 18-21°C penyakit berkembang dengan cepat, terutama dengan dukungan lingkungan yang lembab.

Gejala

  • Tumbuhnya tanda-tanda serangan sanggup terjadi pada dikala mulai tumbuh daun atau tumbuhan berumur 3-6 ahad dan dijumpai pada daun-daun bawah, kemudian merambat ke atas ke daun yang lebih muda. Terkadang juga menyerang pada kepingan batang.
  • Pada awal serangan terdapat bercak kebasah-basahan dengan tepian yang tidak teratur pada tepi daun atau tengahnya. Bercak kemudian melebar dan terbentuklah kawasan nekrotik yang berwarna coklat.
  • Serangan tingkat lanjut muncul bercakbercak nekrotik yang berkembang ke seluruh daun tumbuhan dan mengakibatkan tumbuhan mati.

Pengendalian

a. Cara Kultur Teknis

  • Hindari penanaman yang berdekatan dengan pertanaman inang terutama yang lebih tua, biar tidak terjadi penularan.
  • Lakukan saniatsi lingkungan dari sisa tumbuhan yang terjangkit kemudian dibakar atau dimusnahkan.

b. Cara Mekanis

Pengendalian secara fi sik/mekanis pada serangan awal sanggup dilakukan pemetikan kepingan tumbuhan yang terserang, dimasukkan dalam kantong plastik kemudia dimusnahkan.

c. Cara Biologi

Pengendalian secara biologi memakai agens hayati menyerupai cendawan Trichoderma atau Gliocladium dengan takaran penyemprotan 100 gram/10 liter air ditambah dengan zat pekat.

d. Cara Kimiawi

Aplikasikan pestisida (fungisida) kimiawi yang telah terdaftar dan diizinkan oleh pemerintah dengan materi aktif: mankozeb, propinep, klorotalonil, simozanil dsb.

3. Virus Daun Menggulung

Bentuk partikel virus ini menyerupai bola dengan ukuran sangat kecil (± 23 nm). Penyebaran dan penularannya melalui umbi yang berasal dari tumbuhan sakit.

Gejala

  • Daun menggulung ke atas di sepanjang urat daun utama yang dimulai dari ujung anak daun tangkai daun agak tegak dan helaian anak daun kaku dan regas, warna daun kekuningan atau mengalami klorosis
  • Apabila jerawat akhir terbawa benih, maka tanda-tanda pada umumnya diawali dari daun kepingan bawah, sedangkan terjadinya jerawat di lapangan maka tanda-tanda yang terlihat pada kepingan atasnya 
  • Daun dan batang tumbuhan yang sakit menjadi pucat dan kurus serta batang mengecil.
  • Tanaman yang terinfeksi membentuk umbi yang kecil-kecil.

Pengendalian

a. Cara Kultur Teknis

  • Gunakan benih sebar bersertifi kat dan berlabel.
  • Tanaman yang memperlihatkan tanda-tanda serangan virus supaya tidak menjadi sumber jerawat bagi tumbuhan lain dianjurkan untuk segera dicabut.
  • Apabila virus menyerang pada waktu tumbuhan muda (30 hari) kurang dari 10% dan populasi kutu daun rendah, maka tumbuhan sakit sebaiknya dicabut dan dimusnahkan.
  • Sanitasi kebun dilakukan dengan memusnahkan gulma yang mungkin menjadi inang virus.
  • Pemanfaatan musuh alami menyerupai kumbang Coccinella.

b. Cara Kimiawi

  • Gunakan insektisida sistemik dengan tujuan menekan populasi vektor virus kentang sehingga penyebaran virus yang terjadi antar tumbuhan atau yang dari luar sanggup dicegah atau dikurangi
  • Beberapa insektisida sistemik yang dianjurkan berbahan aktif triazofos, asefat.

4. Virus Mozaik

Penyakit ini ditularkan oleh sejumlah vektor terutama M.Persicae dan Aphis gossypii. Penyakit ini dilaporkan menular secara kontak langsung.

Gejala

  • Daun terlihat belang-belang (mozaik), kepingan tepi daun bergelombang, permukaan daun berkerut, pertumbuhan tumbuhan kerdil.
  • Umni yang dihasilkan berukuran kecil-kecil.

Pengendalian

a. Cara Kultur Teknis

  • Gunakan benih sebar, bersertifi kat dan berlabel.
  • Tanaman yang memperlihatkan tanda-tanda serangan virus supaya tidak menjadi sumber jerawat bagi tumbuhan lain dianjurkan untuk segera dicabut.
  • Apabila virus menyerang pada waktu tumbuhan muda (30 hari) kurang dari 10% dan populasi kutu daun rendah, maka tumbuhan sakit sebaiknya dicabut dan dimusnahkan.
  • Sanitasi kebun dilakukan dengan memusnahkan gulma yang mungkin menjadi inang virus.
  • Pemanfaatan musuh alami menyerupai kumbang Coccinella.

b. Cara Kimiawi

Gunakan insektisida sistemik dengan tujuan menekan populasi vektor virus kentang, sehingga penyebaran virus yang terjadi antar tumbuhan atau yang dari luar sanggup dicegah atau dikurangi. Beberapa insektisida sistemik yang dianjurkan berbahan aktif triazofos, asetat.

Referensi : Adhitnya Tri Diwa dkk.2015.Petunjuk Teknis Budidaya Kentang.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.Bandung. 

Post a Comment for "Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Kentang"